Meningkatnya konsumsi batu bara di China membuat pemerintah negara itu memacu kuota produksi mutiara hitamnya pada akhir tahun ini sebanyak 300 juta ton. Perdana Menteri China Li Keqiang menyebut rencana ini merupakan program lanjutan tahun lalu, dimana saat itu target produksi batu bara China hanya sebesar 220 juta ton. Ekspansi ini nantinya akan mewakili sekitar 7 persen dari proyeksi konsumsi batu bara China di tahun 2022.
Dikutip dari The Washington Post, penambahan kapasistas produksi batu bara di China terjadi karena adanya lonjakan penggunaan listrik, ditengah krisis impor batu bara di pasar global imbas dari adanya konflik Rusia dan Ukraina. Hal inilah yang kemudian membuat pemerintah China khawatir jika pasokan batu bara dunia tak lagi mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Keyakinan ini lantas memperbarui pemerintah China untuk segera membangun sumber energi utama dalam waktu dekat, cara tersebut dipilih agar kebutuhan listrik masyarakat China dapat terpenuhi secara merata.
Meski cara ini diklaim efektif untuk mencukupi kebutuhan listrik China, namun hadirnya rencana presiden Xi Jinping justru diprediksi akan menyebabkan merosotnya harga batu bara dunia, hingga membuat para pemasok utama seperti Indonesia, Rusia, dan Mongolia merugi. Bahkan perusahaan keuangan asal AS Citigroup Inc menyebut, dunia akan mengalami game changer apabila China resmi memutus impor batu bara dunia. Kehadiran China menjadi penting di pasar global lantaran negeri tirtai bambu ini merupakan konsumen sekaligus produsen batu bara terbesar di dunia dengan total produksi dalam negeri yang mencapai 4 miliar ton dan angka konsumsi sebesar 60 persen pada tahun lalu.
Angka ini diprediksi akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk China. Menurut laporan China Energy Investment Corp sepanjang tahun ini konsumsi batu bara China diperkirakan naik sekitar 2,2 persen hingga menembus angka 4,37 miliar ton, dengan pembangkit listrik dan industri kimia yang akan menjadi konsumen utamanya. Untuk menjaga pasokan listrik di negaranya pemerintah China belakangan juga tengah mengembangkan konstruksi energi padat karbo terbarukan dengan mengandalkan tenaga angin dan matahari.
Langkah ini dipilih Xi Jinping agar produksi karbon di negaranya bisa menurun, rencana ini juga sejalan dengan mandat dari organisasi iklim dunia, Panel Antarpemerintah yang menyerukan penurunan penggunaan batu bara China sebanyak tiga perempat dari level 2019 pada 2030 mendatang. Dengan begitu, China dapat membantu menjaga pemanasan global agar tetap berada di bawah 1,5 derajat Celcius pada tahun 2050.